Selasa, 19 November 2013

TAHAN HATI

TAHAN HATI

Hati terus berdegub. Berdegub untuk menantang perasaan yang tak bisa terungkapkan. Dada terus sesak memendam milyaran nafas cinta yang ingin terhembus. Seruan untuk mengungkapkan terus berdengung di otak ku yang kusut, terus menggema ditelingaku yang penuh dengan kotoran yang menjijikan. Menahan itu menyakitkan tapi berucap belum tentu mengasikan. Seperti menahan mules yang berlebihan dan makan rumput dengan luas puluhan hektare.

Ketika hati dan mulut tak ingin lagi bekerjasama. Kehadiranmu menjadi tombak yang mematikan. Aku siap jadi lingkaran sasaran ujung tombak yang penuh racun menghanyutkan. Seperti petir yang datang mengkacaukan suasana ditengah kesejukan triliyunan rintik hujan yang jatuh dan hingap di bumi. Ketika menahan rasa ini seperti cahaya lilin di tengah kegelapan malam, berusaha tetap menyala namun takkan bertahan lama. Seperti burung gagak yang berkeliaran di tengah siang mencari hari malam yang tak kunjung datang. Dan ku selalu berharap menahan itu menjadi suatu harapan yang akan terwujud tanpa diungkapkan. Aku berani  bisu ketika orang berusaha menunjukkan itu semua padamu. Aku berani tuli ketika orang sedang membicarakan segala kelemahanmu. Dan aku berani tak bisa berfikir jika satu detik saja kau jauh dari dari pikiran ku. Kuputuskan dipengadilan hati ini untuk tak mengungkapkan dalam lembar-lembar sisa kehidupan ini. Agar kamu tau sendiri dari awan biru yang menghitam bahwa rasa ingin ku besar untuk menggapai sejuta kenangan bersama mu.


PERCAYALAH CINTA KU TULUS UNTUKMU, BIDADARI SURGA KU...

MALAM BISU

MALAM BISU

Hujan turun rintik pelan. Kota Jakarta penghasil polusi berubah sejuk dan dingin. Esok ku ingat ada tantangan yang siap menunggu. Ujian tengah semester psikologi perkembangan telah menanti. Kacau, panikm dan bingung ketika ingat tak ada materi yang ku miliki. Niat hati pun mencari materi untuk persiapan ujian nanti.

Sms sana sini akhirnya ada balasan yang menyejukan hati. Dia yang ku puja. Sang bidadari dari surga memberikan bantuan dengan senang hati. Ku pikir ini hanya bantuan biasa tanpa adanya hal yang spesial dan indah.

Bagai petir yang menghancurkan bumi. Tanpa ku sangka dia mengajak ku untuk bertemu. Telpon berdering dan betapa melelehnya hati mendengar suara indahnya. Kami pun janjian di suatu tempat dekat kos-kosannya. Tanpa berpikir panjang ku iyakan dan bergegas.

Ku berjalan perlahan menembus malam. Di iringi rintik hujan ku melangkah. Percikan air di kaki makin menambah hawa semakin dingin. Tak karuan rasa di hati. Jantung berdetak seakan ingin pecah dan keluar. Denyut nadi yang mengalir deras tak biasa. Ku merasa ini sebuah mimpi. Seperti mukzijat Tuhan yang mampir tak sengaja dalam hidup ini.

Ku sampai, duduk menunggu dengan mantel hangat dibadan. Dia pun datang dengan senyum khas, mengenakan jacket biru tertera lambang Chelsea dan rambut indahnya yang terurai.

Sungguh aneh mulut ini seperti bingung untuk berucap. Tak mampu berkata sederhana. Hanya bisa berbicara terbata dan senyum ala kadarnya. Ketika mulai berbaur dua manusia datang macam hansip yang memergoki maling. Makin kacau pikiran ini. Mulut seakan terkunci dan membisu, tak sanggup berkata apapun. Sungguh malam itu menjadi malam bisu untuk ku.

Malam semakin larut. Teman ku memutuskan pergi dan kami berdua bak sepasang dua sejoli kembali keperaduan. Sambil ku lempar lelucon, tawa pun memecah sunyi dan menghangatkan dingin yang menusuk pori.

Berpisahlah kami dalam sebuah gang yang menjengkelkan . seperti tak ingin usai malam itu. Bersama sang bidadari cantik dari negeri tak terbaca.

Dalam perjalanan pulang ku merasa bodoh. Kenapa ku tak mampu memanfaatkan itu ? Malam yang tak mungkin bisa terulang lagi. Meski dalam hati senang , pikiran carut marut karena kesalahan diri.


MALAM INDAH BERUBAH BISU...

Selasa, 12 November 2013

Itu bukan aku

Menyerah ? bukan bagian dari namaku.
Mengalah ? bukan isyarat untuk berhenti mendapatkan hatinya.
Aku memang jelas berbeda dengan mereka.
Aku memang tak setampan pesaing-pesaing ku, aku memang tak semewah mereka.
Tapi aku sekokoh tombak yang menancap dibatu karang, aku sesabar air yang terus menerjang melubangi batuan besar.
Dan aku yakin akan selalu yakin kaulah isi dalam semua ruang penantianku

RIBUAN KALI KATA TIDAK TERUCAP,
MAKA JUTAAN KALI KU AKAN TERUS BERUSAHA HANCURKAN PONDASI HATIMU

Kamis, 07 November 2013

PERJALANAN BERHARGA, BADUY KAU SALAH SATU ISTANA NEGERI KU II

PERJALANAN BERHARGA, BADUY KAU SALAH SATU ISTANA NEGERI KU  II

Dinginnya pegunungan di Baduy Luar mulai terasa. Suara burung-burung, kokok ayam dan aktifitas masyarakat mulai bersautan. Pagi itu kami dijadwalkan untuk mendaki, menyusuri hutan dan melakukan perjalan kurang lebih 12 jam untuk sampai ke Baduy Dalam yang menjadi tujuan utama kami.

Mengawali dengan do’a kami siap berangkat. Sayang dapat beberapa ratus meter pendakian Aning sebutan untuk Kusumaningdiyah tak kuat untuk melanjutkan. Perjalanan mendaki, penuh batu, licin lumut, dan kotor kita jajaki. Langkah demi langkah teratasi. 3 kilometer pertama masih kita jalani dengan semangat seperti tak kenal lelah. Namun sudah ditengah jalan barulah terasa. Pegal dikaki terasa seperti dibebani besi baja. Keringat bercucuran dikening dan dahi mulai menetes. Terik panas diatas bukit mulai menyoroti. Mulailah muncul ego dalam diri pribadi masing-masing. Ada yang hanya mementingkan diri sendiri, ada yang ingin membantu dan berbagi. Sampai pula ada yang sekedar mencari kesempatn untuk bisa bersama sepanjang perjalanan dengan sang pujaan hati.

Kami hampir tak percaya harus melewati berbagai rintangan seperti ini. Lelah yang kami alami, cobaan yang kami hadapi dan jatuh bangun dalam melangkah menjadi hal yang seru. Kami disuguhkan keindahan dunia. Ku berkata “betapa bangganya ku menjadi bagian dari negeri yang kaya ini”. Terlihat disetiap sisi gunung sangat indah, hijau, asri dan mempesona ciptaan sang Illahi. Sejauh mata memandang gugusan gunung yang berjajar membuat kami lupa akan lelah dan letih yang kami hadapi. Kebersamaan, kepedulian makin terlihat ketika persediaan air menipis, jalanan yang mendaki terjal dan turunan yang tajam dan tak beraturan. Namun sayang barisan mulai pecah, ku yang menjaga beberapa rombongan berusaha adil dan membantu. Ketika lelah dan tak sanggup kami gunakan waktu untuk istirahat dan bersantai ria sejenak sambil memandangi pajangan-pajangan indah dunia. Kami kembali melanjutkan perjalanan, sesekali terdengar teriakan-teriakan semangat, canda tawa bahkan tak sedikit pula yang mengeluh dan hampir menyerah. Akhirnya kami sampailah pada tujuan utama kami, yakni Baduy Dalam Cibeo.

Semua rasa lelah, kantuk, pegal, lemas, pusing dan lain sebagainya terbayar lunas ketika kita berhasil bertatap muka dengan Kepala Desa atau biasa disebut Jaro. Berbincang dengan mereka, bertanya seperlu kita seakan-akan menjadi hadiah dari semua kerja keras. Kami pun makan siang, terdengar canda tawa dan kebersamaan kembali muncul. Namun sayang momen itu tak bisa kami abadikan dalam sebuah dokumentasi pemotretan karena larangan adat yang kuat.

Kami tak bisa berlama-lama disana. Karena perjalanan menurun yang cukup jauh dan cuaca sudah agak mendung. Kami melanjutkan perjalanan pulang dengan kembali semangat. Namun sayang cuaca tak mendukung perjalanan pulang kami. Dalam perjalanan pulang, kami kembali kedalam bagian bagian, namun kini bagian yang cukup besar. Ada tiga bagian atau kloter dalam perjalanan pulang dan aku masuk dalam kloter pertama. Karena hujan semakin deras, ku memberikan jas hujan kepada teman ku sebab ia tak membawa jas hujan. Ketika hendak beristirahat, salah satu teman dikloter pertama meminta ku kembali ke atas dan memberikan jas hujan kepada temannya di kloter ke dua. Dengan rasa tanggung jawab ku kembali ke atas. Akhirnya bertemulah dengan kloter ke dua. Disana suasana menjadi agak sedikit menegangkan. Rasa takut mulai muncul diwajah mereka. Kloter kedua menemui medan yang cukup berat yakni harus menuruni jalan batu yang curam dan berlumpur. Kembali rasa peduli muncul dan berniat membantu. Namun sayang niat baik ini malah mendapatkan musibah kecil ketika ibu jari kaki kiri harus pecah kukunya karena tertiban bongkahan batu. Namun tak mengurungi niat ku untuk membantu.

Setelah kloter dua telah melewati rintangan itu kami melanjutkan perjalanan. Tapi sayang, ku ditinggal kloter pertama dan akhirnya melanjutkan perjalanan dengan kloter ke dua itu. Rasa dingin mulai menusuk dibadan karena kehujanan. Namun pada perjalanan pulang ada yang berbeda, suasana menjadi mencekam. Karena cuaca yang mulai gelap dan kondisi badan yang kedinginan. Beberapa mahasiswa mulai tak sanggup melanjutkan perjalanan. Perut yang kosong, rasa dingin yang amat menusuk, dan kaki yang mulai keram. Berkali-kali kita berhenti untuk beristirahat. Namun perjalanan kami sempat mendapat suatu penyemangat. Jembatan yang kami tunggu akhirnya pun terlihat dari kejauhan. Ya, jembatan cinta yang menurut mitos orang sekitar apabila kita menyebutkan nama orang yang kita sayang ketika menyebrangi jembatan itu ? maka akan terwujud keinginan itu. Ku mulai melangkah melewati jembatan itu, meski dengan rasa tak percaya aku coba untuk menaruh harapan agar seseorang dapat tahu tentang perasaan ini. Setelah semua melewati jembatan kami semua memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Terlihat awan mulai gelap, kami kembali melangkah untuk pulang ke Baduy Luar. Perjalanan yang kami telurusi tak begitu sulit. Kami melewati beberapa desa, beberapa leuwit (gudang padi) dan jalanan batu. Suasana kembali mencekam ketika ada mahasiswi yang pingsan karena tak sanggup melanjutkan perjalanan. Beberapa dari kami memberikan pertolongan pertama. Ia pun sadar dan mulai melanjutkan perjalanan dengan perlahan. Akhirnya perjalanan kami sudah tak jauh lagi, sekitar 200 meter dari rumah tempat kami tinggal. Namun teman kami yang pingsan kami istirahatkan sejenak disalah satu teras rumah penduduk. Seorang warga pun datang dan berniat untuk menolong. Ia pun dibawa ke rumah kami tinggal dengan digendong dan yang lain melanjutkan perjalanan pulang. Tiba-tiba rombongan kecil yang berada pada baris belakang datang dengan keadaan panik. Keadaan semakin mencekam dan menakutkan ketika ada beberapa mahasiswi melihat hal gaib dan berteriak histeris. Kami pun memutuskan untuk kembali kerumah. Ada beberapa mahasiswi mulai berteriak kacau, dan terdengar sayu kejauhan lafaz al-qur’an bersautan. Beberapa teman mencoba membantu, dan ada warga yang ikut serta menolong. Akhirnya mereka sadar dan diistirahatkan.

Malam mulai datang, seperti biasa hanya ada kesunyian dan suara binatang yang terdengar memecah hening malam. Beberapa dari kami tidur larut malam karena sedang bercerita tentang pengalaman mendaki tadi. Dan beberapa sudah tidur karena kelelahan.

Paginya kami semua bangun dan bergegas untuk pulang. Namun sayang sang pemilik rumah yang ku tinggali tak ada. Kecewa dalam diriku bertamu selama tiga hari dua malam untuk tahu namanya pun tidak. Kami tak hanya bersiap, ada juga yang memanfaatkan waktu untuk berfoto-foto ria, membeli pernik khas Baduy dan lain sebagainya. Terlihat raut bahagia mereka, canda tawa yang mulai bersautan dimana-mana.

Setelah semua dipersiapkan kami pun mulai meninggalkan Baduy. Sedih dalam hati seakan-akan berat meninggalkan desa yang asri ini. Langkah ini malah berat seakan-akan enggan untuk pergi. Banyak perlajaran yang dapat kami petik dari semua ini. Kebersamaan, kekompakan, saling peduli, saling mengerti dan bisa menghargai alam serta menjunjung tinggi solidaritas kekeluargaan. Betapa hebatnya mereka meski dengan segala kekurangan dapat hidup dihutan belantara. Betapa hebatnya mereka yang tak mengeluh meski dengan segala keterbatasan. Aku bangga pernah merasakan ini semua, yang tak semua orang lain bisa menikmatinya. Terimakasih Baduy dengan semua pengalamanmu, terimakasih Allah dengan semua keindahan alam Mu, dan terimakasih Pendidikan IPS 2013 Universitas Negeri Jakarta dengan semua kenangan yang kau berikan. Dan terimakasih untuk kalian semua para sahabat dan pejuang mudaku.


KEKAYAAN INDONESIA BUKAN HANYA PADA KEKAYAAN ALAM SAJA. ADAT ISTIADAT, SUKU DAN RATUSAN BUDAYA YANG BERBEDA-BEDA JUGA MENJADI HARTA YANG SANGAT MELIMPAH. INI SEMUA PATUT KITA JAGA !!! INDONESIA, KU BANGGA JADI MILIKMU...

PERJALANAN BERHARGA, BADUY KAU SALAH SATU ISTANA NEGERI KU I

PERJALANAN BERHARGA, BADUY KAU SALAH SATU ISTANA NEGERI KU  I

Menuju hal yang belum pernah ku dapatkan. Kala orang-orang masih terlelap. Ku bangun dengan sigap dan semangat. Mata yang masih sayu dan badan yang cukup lemas seperti tak terasa. Hari itu adalah hari yang ku tunggu. Yap, observasi ke pedalaman suku baduy yang ku tunggu kini tiba. Pagi itu kami seakan disambut gembira oleh mentari pagi yang menyehatkan. Dengan semua persiapan, kami berangkat menuju daerah yang sungguh sangat asing bagi kami. Sedih dalam hati mendengar berita yang tak mengenakan dalam diri. Salah satu teman kami tak bisa berangkat karena sakit. Tapi kami tetap semangat.

Setelah berkumpul dan lengkap dengan bawaan yang kami siapkan. Akhirnya kami naik ke sebuah truk angkut yang biasa mengangkut para TNI. Sepanjang perjalanan tak pernah sepi. Selalu ada yang diperbincangkan, nyanyian yang mengiringi perjalanan, dan lelucon yang kerap kali memecah kesunyian. Terik matahari seperti enggan beranjak dari ufuk timur. Ku naik diatas truk dekat kepala truk itu. Angin yang kencang dan kondisi mesin mobil serta cuaca yang panas seperti tak ku hiraukan. Akhirnya setelah menempuh 2 jam perjalanan aku bisa melihat pegunungan yang asri dari kejauhan. Meski ada rasa kecewa karena banyaknya bukit yang gundul, tambang pasir dan pembalakan liar yang merusak keindahan.

Sampailah kami pada tempat peristirahatan untuk melaksanakan ibadah Shalat Jum’at untuk para pria yang muslim. Dan para wanita yang sibuk kipas-kipas dan mencari minum. Selepas Shalat Jum’at dan makan siang kami kembali berangkat sekitar 3 jam perjalanan lagi. Singkat cerita kami sampai di terminal Ciboleger sekitar jam 4 sore. Sampailah kami di Baduy Luar tempat orang-orang suku Baduy yang masih menerima pengaruh dari luar istiadat mereka. Benar-benar tak kami temukan kabel listrik ditiap atap rumahnya. Tak lama turunlah hujan yang sejuk seakan-akan menyambut kehadiran kami disana. Canda tawa, keseruan dan rasa dingin mulai menyelimuti sore itu.

Kami pun diajak oleh para mentor untuk menuju rumah singgah kami. Namun sayang ketika ku masuk dan hendak berkenalan dengan sang pemilik istana, mereka seakan-akan menutup diri. Namun kami mengerti mungkin ini karena faktor lingkungan mereka yang sejak dulu seperti ini.


Malam pun tiba, kami pun selesai dengan bersih-bersih ala mahasiswa kost-kostan. Disajikan lah kami makanan yang sungguh sederhana. Dalam satu rumah terisi 8-10 mahasiswa. Kami makan dengan lahapnya seakan-akan makanan yang kami makan adalah makanan terlezat macam restoran ternama. Ketika matahari tak lagi terlihat, gelap dan kesunyian pun sangat terasa. Ku putuskan untuk mampir ke rumah yang para bidadari tinggali. Canda tawa memecah kesunyian di Baduy Luar. Ngemil, cerita ngalor dan ngidul, foto-foto eksis dan lainnya kami lakukan sampai lupa dengan waktu. Setelah malam makin larut kami semua memutuskan untuk tidur dan mempersiapkan diri untuk perjalanan esok.

CIN (tanpa) TA

CIN (tanpa) TA

Ini sebuah cerita cinta yang biasa. Mungkin banyak orang yang sudah pernah merasakannya. Cinta bisa ditafsirkan siapa saja. Ada cinta yang dipandang dusta, ada cinta yang dipandang hina, ada cinta yang dipandang nikmat dunia bahkan ada cinta yang dipandang sebagai nafsu belaka. Sebagai pria normal ku ingin merasakan apa itu cinta. Selama ini yang ku tak tahu rasanya cinta. Hanya kata dusta yang diucapkan sepasang bunga yang mekar dan merekah. Namun menjadi bencana ketika cinta menjadi api dan angin apabila disatukan.

Ini kisah cinta yang sungguh berbeda dan baru ku rasakan. Diawal ku merasa menggelora dan membara. Seperti Arjuna yang bersayembara memperebutkan hati Dewi Sinta. Ku pikir cinta itu memang membawa bahagia. Berpadunya dua insan dalam suatu hubungan akan menjadi indah jika terjalin laksana Raja dan Ratu yang punya kuasa. Cinta memang berawal dari sebuah kata yang sangat sederhana. Bahkan penyair kerap kali berkata “hidup tanpa cinta itu, bagaikan taman yang tak berbunga”. Disemua bahasa dunia, cinta memiliki arti yang sama. Namun tidak semua orang mampu memaknainya sama. Banyak orang yang mati mengatas namakan cinta, banyak wanita yang hamil mendasarkan nama cinta, dan banyak pria atau wanita menjadi gila karena sebuah kata singkat yakni cinta.

Wanita ini hadir seperti bidadari dari langit yang turun tanpa sayap. Terlihat natural dan indah layaknya bunga mawar tanpa duri. Senyumnya benar-benar mampu melelehkan kokohnya hati. Tatapan matanya nampak tajam, layaknya pedang samurai yang menggorok leher orang sakti. Lenggok tubuhnya mampu membuat hati ini berdebar dan rangkaian kata yang terucap bak petir menyambar yang menghancurkan denyut nadi. Betapa menggigilnya tubuh ini ketika berjumpa dengannya  dan betapa kacaunya pikiran ini ketika hendak ingat tentangnya. Aneh dalam pikirku, kenapa dia sungguh berbeda. Lagi-lagi ku kagum dengan ciptaan Tuhan yang begitu indah dan mempesona.

Perlahan-lahan ku memberanikan diri untuk mendekatinya. Sebuah rasa pun hadir dan jelas berbeda. Ketika ku jumpa dengan bidadari lainnya rasa ini tampak biasa, namun dengannya seperti bertemu Angelina Jolie artis dunia yang mempesona. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan hari demi hari sudah terlewati bersamanya. Kedekatan kami layaknya sepasang sejoli yang malu-malu akan mengungkapan isi hati. Seperti sepasang burung nuri yang sibuk mencari sarang untuk bersinggah. Ini semua membuatku bahagia, sungguh tak ku sangka dalam benak ku ketika gadis secantik dia dekat dan membuatku nyaman. Hidup ini seakan tak berarti bila tanpa senyumnya disetiap pagi.

Setelah lama memendam rasa ku mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan unek-unek di hati. Disebuah malam ku niatkan dalam diri, nyatakan cinta dan berharap dapat respon yang lebih. Namun sayang sungguh disayang, kedekatan kita selama ini hanya sebuah rangkaian dalam saling mengenal dan pertemanan. Pikiran ku porak poranda, hati ku hancur lebur “sia-sia” pikirku. Cinta yang ku damba, rasa yang ku tunggu, dan kebahagiaan yang ku nanti hancur dan sirna. Kata TIDAK yang terucap lewat pesan singkatnya membuat jantung ini berhenti berdetak. Aliran darah serasa berhenti sejenak, hati sakit dan tersayat. Kecewa sudah pasti, mimpi yang sudah di depan mata musnah karena penolakannya. Lalu untuk apa rasa perhatian yang hadir selama ini ? Apa hanya sebuah rasa peduli semata ? Sungguh ini bukan ingin dalam mimpiku.

Rasa ini pun mulai lelah, pesimis hadir dan melanda. Ku tak ingin lagi tahu apa itu arti cinta, semua itu hanya dusta dan isapan jempol belaka. Tak lagi ku percaya akan namanya cinta. Itu hanya sebuah kata di kamus besar bahasa Indonesia yang tak mempunyai arti jelas dan nyata. Untuk kedepannya hanya dia dan Tuhan yang menjawabnya. Lalu jika sudah begini, cinta ku menjadi tak sempurna. Jika memang benar ada kata cinta yang bertepuk sebelah tangan ? Mungkin ini yang ku sebut CIN tanpa TA. Tidak menjadi CINTA karena ada penghalang dan belum bisa disatukan.


CINTA MEMILIKI ARTI YANG BERBEDA-BEDA DALAM SETIAP KAMUS BAHASA DI DUNIA, NAMUN MENJADI SAMA KETIKA CINTA MULAI DATANG DAN DIRASAKAN HATI MANUSIA... MENYERAH BUKAN NAMA TENGAH KU !!