Minggu, 09 Maret 2014

CERITA “NYA” lagi FLASHBACK

CERITA “NYA” lagi FLASHBACK

Hai hai hai penggemar setia blog firmansurahmanunj.blogspot.com. Kali ini penulis menceritakan kembali kisah membanggakannya dengan jalan cerita yang berbeda, menarik, dan unik semoga temen-temen tidak tertarik untuk membacanya. Nanti temen-temen bisa membalikan cerita ini  yah, soalnya perasaan yang tertulis pada tulisan ini kebalikan dari apa yang sebenarnya... yoooo dibaca !!!

Hari itu ku merasa menjadi cowok paling tampan. Dengan setelan jas hitam, kemeja putih, dasi yang mengikat dileher serta celana bahan hitam dan ku bergaya seperti eksekutif-eksekutif muda. Berjalan dan berlenggok bak model majalah pria ternama. Ku rasa hari itu adalah hari yang paling istimewa. Rada aneh memang ketika aku seorang pria yang sering tampil nyeleneh, kini harus berpakaian seperti Brad Piit yang menghadiri malam penghargaan Piala Oscar. Tiap kali ku berkaca, bukan hanya merasa lucu tapi ku kerap kali harus menahan malu karena memang agak tidak layak. Tapi yasudahlah memang dengan penuh keterpaksaan ini semua harus aku jalani.

Hari itu adalah hari puncak dalam ajang Putera Puteri Sekolah. Acara itu dahulu aku yang menyelenggarakan sebagai panitia, tapi kali ini aku yang malah menjadi peserta. Awalnya enggan untuk ikut-ikutan acara kaya begini, tapi teman kelas memaksa dengan alasan “lu kan beranian orangnya man”. Haha berarti mereka pengecut.

Dua hari sebelum hari itu aku mendapatkan banyak pelajaran baru. Seperti publik speaking atau cara bagaimana kita bisa mengatasi kegugupan ketika berbicara didepan khalayak ramai. Kemudian dari psikisnya juga aku diajarkan untuk menjadi orang yang teladan dengan pola pikir yang cerdas. Yang terakhir adalah aku diajarkan berjalan, lucu yak ? Udah usia setua ini masih diajarkan berjalan. Maksudnya berjalan di red karpet gitu deh. Itu karpet merah yang biasa ada diacara besar. Ternyata berjalan bisa menunjukan kewibawaan seseorang loh ! Keren gak tuh ? Haha

Dari semua yang kudapati ku ambil kesimpulan. Ajang ini adalah ajang yang gak biasa “kayanya”. Liat aja dari dua hari masa karantina udah ribet banget apalagi pas hari H ?  Wah gak kebayanglah pokoknya.

Akhirnya malapetaka pun datang. Hari itu benar-benar ku bagaikan artis topeng monyet. Berlenggok kesana-kemari dengan tepukan penonton yang agak kurang ikhlas. Menjawab pertanyaan yang konyol seputar Tom Cat, dan tampil dengan peragaan silat “menunjukan bakat”. Itu bakat ya ? Aku kira cuma tampil aja.

Seharian ajang itu berlangsung. Mulai jenuh dan bete menghampiri otak ini. Aku  gak pernah berharap banyak, udah kaya tadi aja cukup jadi gak perlu untuk menang. Apa lagi pesaingnya beuuuuhhhh badannya tegap, sekel (montok), dan parahnya mereka lebih ganteng daripada aku. Yah alamat dah ini mah. Buang-buang waktu aja pikirku.

Tapi Allah SWT berkehendak lain. Ia kembali memberikan cobaan dan musibah yang berat.  Ketika 2 kandidat kuat menjadi pemenang sudah disebutkan, dan mereka adalah juara 3 dan 2 ? Maka semua penonton menyuraki ku. Seakan tidak percaya bahwa aku lah sang JUARA. Bingung, kaget, gak percaya dan semua itu aku ekspresikan dengan cengar-cengir saja. Seakan ini mimpi, mustahil, dan pembohongan publik. Atau mungkin ini hanya “settingan” kaya artis Indonesia gitu yang sekarang lagi ngebuming. Tapi yasudahlah, apa boleh buat ku hanya bisa bersenyum palsu, ku hanya dapat berbangga kebohongan. Aku hanya anggap ini semua bualan.

Hari-hari ku jalani dengan celaan. Ku jalani semua waktu ku dengan hinaan. Sosok tubuh yang seperti ini jadi Putera dan panutan seluruh siswa satu sekolah ? Itu pertanyaan yang kerap ku dengar dari teman ku yang menceritakan itu dari temannya yang disampaikan dari teman-temannya yang di informasikan lagi oleh temannya.
Ku pikir jika ku terpuruk dalam cemo’ohan ini ku bukanlah manusia. Ku putuskan untuk berbuat sesuatu gak perduli itu bener atau enggak. Langkah demi langkah ku susun, strategi ku persiapkan serta pertimbangan secara rasional dan empiris ku coba tata rapih. Akhirnya rumusan untuk menjaga eksistensi ajang memalukan itu pun terwujud. Berikut langkah-langkahnya :

Langkah pertama : para finalis ku paksa untuk membuat selempangan. Gak apa-apa deh yang cari bahan sampai ke tukang jait aku yang ngerjain sendiri asal mereka mau. Dan akhirnya dengan berat hati mereka “yes”.

Langkah kedua : ku paksa masuk dalam kegiatan MOPD yang dipanitiai oleh OSIS kebetulan ketosnya temen deket “banget”, apa lagi ketuplaknya beuh sampe-sampe kita ngeluarin 2 buah single lipsing di Youtube hehe dan akhirnya mereka “yes”.

Langkah ketiga : ku paksa untuk masuk dalam acara ulang tahun sekolah bahasa kerennya “Dies Natalis”. Dengan penuh pertimbangan akhirnya mereka “yes”.
Dan akhirnya ku dapatka tiga yes, yes yes yes. Akhrinya aku lolos dan dapatkan golden ticket. *apasih gajelas... abaikan...

Melihat langkah-langkah aneh yang aku pertaruhkan banyak adik kelas malah tertarik. Aneh kan ya ? haha. Tapi aku pikir mereka adalah penantang. Aku aja mikirnya ini semua cobaan berarti mereka mau mendapatkan cobaan yang sama seperti apa yang sudah aku alami.

Akhirnya hari yang membahagiakan ku pun tiba, yaap bener banget akhirnya aku lengser juga jadi Putera (tidak dianggap) Sekolah 2012. Digantikan seorang yang 360 derajat jauh lebih jelek dari aku. Tapi ngeselinnya kenapa pada saat itu (mantan) pacar aku yang jadi Puterinya ? Duh belum bisa move on nih dari Ivone Melissa Perez dia sok ngegantiin lagi huft. Tapi tidak apa-apa dengan terpilihnya (mantan) pacar aku jadi Puteri Sekolah berarti Broadcast kembali berduka dengan dua tahun berturut-turut memiliki perwakilan sebagai icon sekolah atau biasa disebut Putera Puteri Sekolah.

Udahlah ini cerita duka dan kesengsaraan yang pernah aku alami. Semoga dari semua cerita ini temen-temen bisa mengambil hikmah bahwasanya aku hanya bercanda. Ini cerita ku ? Bagaimana ceritamu ? *korban iklan


Mohon dimaafkan jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Ini semua tanpa editor emang penulis maunya begini jadi yaaaaa maaf...

Senin, 03 Maret 2014

CALON “SAMPAH” LEGISLATIF

CALON “SAMPAH” LEGISLATIF

Pemilu segera tiba. Ribuan nama sudah terdaftar sebagai calon anggota dewan dari berbagai tingkatan. Kabupaten, kota, provinsi, hingga tingkat negara. Mereka saat ini masih menyandang “CALEG”. Kata calon yang masih mereka pikul sedang mereka usahakan untuk diletakan menjadi legislatif. Usaha yang mereka lakukan beragam. Dari berkampanye, memberikan selebaran, blusukan ke daerah terpencil, dan memasang banner atau iklan. Semua isinya tidak lain tidak bukan adalah janji.

Banyak pendapat itu semua hanya akal bulus para calon untuk terpilih. Wajar adanya ketika banyak rakyat yan tidak lagi percaya. Ketika mereka berkampanye janji manispun terurai indah, bualan palsu tertutur sempurna dan banyak hasutan yang membuat kita rakyat jelata mampu melambung tinggi. Mereka tak lebih dari sampah yang tercecer di jalan. Semua kata manisnya mudah terucap dan mudah dibuang. Mereka tidak lebih dari sampah yang bertumpuk dosa. Berbondong-bondong mendaftarkan diri dengan semua status dan gelar yang serakah.

Memang tidak semua dari mereka adalah sampah. Tapi mereka akan menjadi sampah karena hidup dalam lingkungan kumuh, kotor dan tak bermoral. Benar-benar terlihat nampak seperti sampah jika sudah melanggar aturan dan korupsi. Dari jauh saja sudah tak sedap dipandang, dari dekat ? Namanya seperti bau busuk. Sehingga masyarakat sulit untuk percaya.

Ini terbukti dari data yang menyebutkan pada pemilu 2009. Dari jumlah pemilih 121.588.366 juta jiwa, suara yang sah mencapai 104 .099.7885 juta jiwa dan yang tidak sah  mencapai 17.488.581 juta jiwa. Sangat besar jumlah suara yang tidak sah atau golput. Betapa banyaknya masyarakat yang tidak percaya akan semua sampah janji para “calon” legislatif

Dahulu ia adalah bungkus makanan dengan segala kelebihan. Dari bungkus berlabel artis, pengusaha, alim ulama hingga rakyat biasa. Setelah terbongkar ternyata isinya sudah kadaluwarsa. Mereka sangat berani berorasi dengan sampah janji, mereka sangat berani berikrar sampah dengan bualan yang tak pasti

Bukan hanya sampah janji yang berserakan. Sampah yang mereka hasilkan dari usaha untuk mencapai kata legislatif dan menghilangkan kata calon ikut berserakan. Udah di cap sampah sekarang mereka nyampah. Kata yang pas untuk mencerminkan kebusukan mereka.

Poster yang terpampang ditembok, banner yang menempel dipohon hingga baliho besar yang ada disudut jalan adalah “calon” bakal jadi sampah. Setelah pemilu usai, baliho-baliho akan hanya jadi pemandangan sampah besar yang terpajang. Poster-poster yang menempel akan hanya merusak cat-cat tembok dan tiang-tiang. Serta banner-banner yang ada dipohon akan hanya mematikan dan merusak hijaunya pohon.

Selama berkampanye yang mereka pikirkan hasil dirinya terpilih atau tidak. Tanpa memikirkan dampak hasil sampah yang mereka buat sendiri. Dalam sebuah data menyebutkan sampah yang dihasilkan pemilu setiap kotanya meningkat hingga 5%. Kemudian masyarakatlah yang menjadi korban kepentingan individu dari mereka yang serakah akan jabatan.

Mereka layaknya sampah masyarakat yang tak bermoral. Namun mereka sangat hebat, belum menjadi wakil dari rakyat mereka sudah produktif. Yap, mereka sangat produktif melakukan kecurangan-kecurangan dan produktif dalam hal nyampah janji dari sebuah tulisan yang mereka pajang dan menjadi sampah.

Mau sampai kapan anda terus menjual janji ? Berucap palsu ? Berikrar mimpi ? Dan memberikan 1001 harapan palsu untuk rakyat biasa yang anda wakilkan ? Harap sebatas harap, ingin seujung ingin, dan mimpi setinggi mimpi. Kami selalu berharap, kami menginginkan dan kami kerap kali bermimpi kalian tidak hanya mewakilkan kami, tak hanya menampung aspirasi. Tapi kalian juga turun untuk mementingan kami, bukan mementingkan partai kalian, dan kalian tidak hanya sebatas menampung aspirasi tapi juga memberikan apresiasi untuk kami dalam segala hal.

Revisi lah undang-undang untuk kepentingan kami. Bukan untuk kepentingan partai yang bermodalkan janji. Hutang adalah hutang, janji adalah janji dan kalian berhutang janji dengan kami.


KAMI PERCAYA, KAMI YAKIN, SAMPAH AKAN DAPAT TERDAUR ULANG UNTUK KEBAIKAN NEGERI INI.