UJIAN
Bulan ramadhan datang. Bulan yang
paling ditunggu umat muslim. Bulan yang paling di nanti seluruh lapisan
masyarakat. Karena ketika bulan suci ini datang, toleransi beragama sangat
dijunjung tinggi, saling menghargai sangat ditopang sama, dan saling berbagi
kerap dipikul rata.
Mencari berkah dan pahala adalah tujuan
utama. Tak hanya menahan haus dan lapar. Tak hanya menahan nafsu birahi dan
syahwat tapi bulan ramadhan juga mengharuskan kita menjaga lisan dan perbuatan.
Kadang banyak kata yang tersirat dari
lidah tak bertulang menyayat hati. Tak sedikit pula kata yang tersurat ternyata
mengikiskan luka. Ini sebuah ironi dan fakta. Tapi bagi yang memiliki keimanan
yang kuat dan mampu mengendalikan itu semua, surga sebagai janjinya.
Bulan suci ini memang bulan penuh dengan
berbagai macam ujian. Sering kali kita melihat pedagang es menjajaki
dagangannya di siang hari, ketika panas terik menyengat, haus menggerogoti
tenggorokan dan itu adalah ujian bagi hawa nafsu untuk mampu menahan haus dan
lapar. Ketika sore datang menjelang ngabuburit yang sudah menjadi budaya di
bulan ramadhan, malah dijadikan santapan keseharian pemuda dan pemudi dalam
mengisi waktu luang menunggu sang adzan berkumandang. Tak sedikit dari para
wanita memakai pakaian mengundang para laki-laki untuk memandangnya. Nafsu
birahi dan syahwat pun meningkat derastis dan itu lah ujian untuk menahan
nikmat yang sejatinya hanya bisa dilihat sekejap mata. Terkadang perkataan
sering tak bisa dikontrol selama satu hari penuh berpuasa. Membicarakan orang
lain atau kata lainnya adalah gosip. Menjelek-jelekkan seseorang, menghina,
menghujat, memaki, memukul bagian yang terlarang, dan lain sebagainya ternyata
itu juga sebuah ujian yang harus dihadapi manusia selama bulan ramadhan tiba.
Sejatinya tak ada manusia yang ingin
segala usia dan usahanya sia-sia. Tak ada yang ingin selama satu hari berpuasa,
menahan haus dan lapar menjadi sia-sia karena tiga hal tersebut.
Lalu dalam berpuasa kita tidak boleh
meminta pujian dan pengakuan bahwa apa yang kita lakukan benar dan apa yang
kita katakan adalah sebuah kemutlakan.
Jika sudah terjadi apa yang bisa kita
lakukan ? Ya, bertaubat. Bulan ramadhan bukan hanya bulan penglipat gandaan
pahala. Namun pengampunan segala semua dosa yang sudah pernah kita lakukan. Dalam
syairnya Opick berkata :
Wahai
Tuhan jauh sudah, lelah kaki melangkah,
aku hilang tanpa arah, rindu hati sinarmu.
Wahai
Tuhan, aku lemah, hina berlumur noda, hapuskan lah terangilah jiwa di hitam
jalanku.
Ampunkan
lah aku, terimalah taubat ku, sesungguhnya Engkau, Sang Maha pengampun dosa,
berikanlah aku, kesempatan waktu aku ingin kembali, dan meski tak layak, sujud
padaMu, dan sungguh tak layak aku.
Ya
Robbi izinkanlah aku kembali padaMu, meski mungkin takkan sempurna, aku
sebagai hambaMu.
Meminta lah sebanyak-banyaknya rezeky,
dengan ibadah dan usaha yang kuat. Meminta lah sebanyak-banyaknya ampunan dosa
dengan ibadah yang tak lewat sedetik pun.
Ujian tidak hanya datang untuk orang
yang lemah. Namun tanpa sadar semua yang kita lakukan merupakan ujian yang bisa
saja membuat puasa kita tak hanya satu hari bahkan satu bulan penuh menjadi
sia-sia.
KATA DUSTA, MENGHINA DAN MEMFITNAH
HANYALAH SEBAGIAN UJIAN DARI LISAN. TAPI, PUASA IKHLAS DAN TULUS KARENA ALLAH
SWT ADALAH SEBUAH BERKAH DARI RANGKAIAN UJIAN.