Selasa, 22 April 2014

Dunia dan Kerapuhanku



Dunia dan Kerapuhanku..

Hari itu ku berjalan tertunduk malu. Kepala nampak ringan namun berat terangkat. Ku merasa diri ini mulai keropos dengan gerusan-gerusan masalah yang telah tergariskan. Ya aku rapuh, tubuh ini menjadi amat rapuh ketika masalah bertubi-tubi mulai datang dan membelenggu, bagaikan debu kertas yang terbakar nan usang tak terpakai menyatu padu dengan debu-debu tanah di jalan itu.
 
Benar aku rapuh, seonggok tubuh ini bagaikan karang tak berair, tak ada suara menderu keras menyetuh lembut dataran kasar. Aku yang seharusnya bisa melawan hanya bisa termangu bisu. Dan hanya bisa menunggu air itu datang sendiri meski dirundung panas setiap hari.

Sadar, tanpa mu aku rapuh kawan. Dahulu hari-hari ku lalui dengan canda dan tawamu. Seperti group Jayakarta yang selalu menghiasi mendung awan dengan pelangi kebersamaan. Namun kini ku harus ditinggalkan semua angan dan kenangan itu demi mengejar masa depan tanpa kalian yang menopang disisi kegelapan. Berat ketika kini ku tak lagi berjuang bersama mu kawan.

Aku sungguh rapuh ibu, maafkan jika ku harus kembali mengeluh. Kerapuhan ini membuatku harus selalu menunggu yang tak tentu, ditengah malam sendiri membisu. Dihantarkan air hujan yang turun satu persatu seperti menjelaskan kegundah gulanaan hati yang sendu.

Namun aku tak selamanya rapuh ayah. Aku pasti kuat menantang dunia, berusaha menggenggam dunia dengan tangan mungilku, mencoba berdiri diatas kaki tertancapkan paku, melangkah pasti menendang semua duri dan tak pernah berjanji untuk kesemuan sebuah bukti.

Andai semua orang tak rapuh aku yakin, dunia pasti tak bergerut menangis karena selalu mendengar keluh terluka karena terus dipaksa memuaskan dahaga nafsu dunia.

Terlalu berharap



Terlalu Berharap

Aku kenal dengan mu sebegitu lama. Berawal dari sikapmu yang cuek, acuh dan tak merespon, ku tetap mencoba mendekatimu. Ku hanya ingin mengenal mu lebih jauh, tanpa berharap ku bisa mendapatkan dirimu sebagai kekasih ku. Namun berjalan seiring waktu rasa lebih padamu mulai muncul dan datang seperti kutu.

Hari-hari ku tetap jalani dengan segala upaya mengenal mu lebih jauh. Akhirnya tingkatan respon mu mulai meningkat. Yang awalnya hanya sms biasa tanpa kudapatkan perhatian darimu, kini kamu mulai balik bertanya apa yang ku tanyakan.

Beberapa bulan ku lewati bersama mu. Ku mulai memberanikan diri untuk menelpon mu. Kita berbincang seru melalui sambungan jarak jauh itu. Padahal kost-kost’an ku dengan mu tak begitu jauh. Tapi tak apalah yang penting aku dan kamu mulai dekat dan semakin dekat. Kupikir kamu menyukai ku, ternyata ? Tidak. Penolakan awal itu bukan akhir segalanya bagiku.

Serangan-serangan jitu mulai ku gencarkan untuk mendapatkanmu. Respon yang baik ku dapatkan dan semakin meyakinkan hatiku untuk bisa memilikimu. Namun sanjungan rasa nyaman mu padaku, dan ungkapan rasa sayang itu hanya sebatas status “pertemanan”.

Miris memang, berbulan-bulan ku mendekatimu. Segala upaya ku lakukan untuk meluluhkan hatimu tapi hanya sebatas jawaban sampai disitu. Perhatian yang kamu berikan padaku, kupikir itu sebagai bentuk rasa yang lebih kamu yang juga menginginkanku. Ternyata ? Ku salah pengertian, aku hanya terlalu berharap, aku hanya terlalu menginginkanmu, dan benar akhirnya ini semua hanya mimpi.

MAAF AKU TERLALU SIBUK UNTUK MENGERTI HATIMU, TAPI TAK PERNAH KU LUANGKAN WAKTUKU UNTUK TAHU MAKSUD DAN TUJUAN MU PADAKU.

Inikah Patah Hati ?



Inikah Patah Hati ?


Sudah sering ku patah hati. Didustai, diselingkuhi dan dijauhi tanpa kabar. Namun kali ini rasanya beda, lebih pedih dan sesak dihati. Seperti daging yang diiris dengan karatnya belati.

Ini kah hasil perjuangan ku selama ini ? Sudah hasil akhir atau masih ada jalan cerita lagi ? Jawaban itu yang masih ku cari. Biarkan rasa sakit ini yang ku telan sendiri, biarkan rasa pedih ini ku nikmati sendiri dan kamu yang ku cintai, ku biarkan terus membuat luka dan pedih di hati.

Aku tetap berusaha untuk tertawa dengan mu, menutupi sakit dan perihnya perasaan yang menggebu didada. Aku tetap berusaha untuk bersama mu, meski kadang melihat mu hanya ada bayangan luka dan kesedihan semata.

Aku bukan lah pria yang sempurna. Aku bukan lah yang kau inginkan seutuhnya. Bukan salah mu jika kamu memilih seperti ini, tapi harus jujur ku katakan kamu adalah wanita yang memang pantas ku perjuangkan.

Lalu apakah ini disebut patah hati ? Atau mungkin ini sebuah istilah baru yang ku sebut patah asa ? Entahlah, akan aku kejar dirimu sampai ke ujung dunia bahkan ku kejar cinta mu sampai titik nafas akhir berhembus.

Minggu, 20 April 2014

Pantaskah ku Cemburu ?



Pantaskah Ku Cemburu ?

Dada sesak bak digodam besi dan baja. Nafas terengah-engah layaknya dibungkam puluhan lembar kain tebal, dan terasa sayatan-sayatan luka dihati kau coba goreskan. Entah mengapa ku masih mau bertahan untuk mu yang leluasa mengambil alih permainan hati ini.

Aku cemburu, kau didatangi pria yang kau tolak mentah-mentah. Aku cemburu, kau didekati pria penuh bualan dan kemunafikan. Aku cemburu, kau bisa tertawa lepas bersama pria-pria yang duduk disebelah mu saat kuliah. Namun apa pantas aku cemburu ? Apakah aku terlalu bodoh karena masih mengejar-ngejar mu sampai saat ini dan sampai seperti ini ? Atau memang kau yang sudah matikan rasa ini, sehingga aku tak tau cara untuk mencintai orang lain ? Atau aku yang memang pengecut hanya berani mencintai mu dari kejauhan ?

Semua sulit ku jawab. Karena kau adalah wanita yang sukar untuk ditebak. Mencintaimu seperti bermain ular tangga, butuh perjuangan untuk bisa sampai keatas dan kehati-hatian untuk tidak jatuh dan kembali ke bawah.

Pinta ku hanya satu. Lepaskan aku jika kau tak menginginkanku, tapi ikat aku jika memang kau membutuhkan. Aku datang bukan untuk mengemis-ngemis cinta mu, aku hanya ingin mengatakan yang sulit untuk ku ungkapkan. Kau sosok manusia yang berharga dalam hidupku

Menahan sakit seperti sungguh tak mengenakan diri, namun apa yang harus ku buat ? Aku hanya pria biasa yang sulit menjadi seperti apa yang kamu mau dan kamu idam-idamkan. Do’a ku hanya satu. Tuhan memberikan mu laki-laki yang tulus, melebihi ketulusan ku padamu. Sehingga sampai nafas ini kan berakhir kau tak pernah tau, aku adalah pria yang paling tulus mencintaimu.

MAAF KU TERLALU BERHARAP...