Rabu, 26 Februari 2014

KOMITMEN, KAPITALISME DAN KESENGSARAAN

KOMITMEN, KAPITALISME DAN KESENGSARAAN

Komitmen adalah perjanjian yang tersirat. Sebuah komitmen pasti akan terjadi ketika adanya sebuah kata persetujuan. Namun komitmen yang hadir di era modernisasi ini 360˚ telah melanggar tata norma dalam sebuah perjanjian. Komitmen yang sudah terjalin mudah dilanggar orang setiap individu. Sebuah pertanyaan pun muncul. Lalu dimana kah nilai dari sebuah komitmen ?

Banyak cinta yang menghadirkan sebuah komitmen. Namun tidak sedikit cinta yang berakhir dengan penghancuran sebuah komitmen yang dibuat. Sungguh tabu ketika komitmen berpapasan dengan sebuah kehidupan manusia yang kapitalisme. Membatasi skema hak orang lain dalam melakukan perjanjian dan komitmen yang dilakukan. Mementingkan suatu kepentingan tanpa memikirkan seuatu kerugian yang akan dialami orang lain di masa mendatang.

Kapitalisme menjadi seperti truck penghancur. Tidak perduli siapapun didepannya, jika keputusan yang ia pikir adalah sebuah keuntungan maka akan dijalankan tanpa memperdulikan efek kepingannya yang hancur. Kekuasaan dalam mengendalikan hak orang lain sangat dimiliki kapitalisme. Merengkuh hak tanpa batass demi segala kepentingannya. Sungguh dapat menghadirkan kesengsaraan.


Kerap kali salah satu dari pihak akan mendapatkan efek negatifnya. Karena suatu kepentingan sehingga janji yang tersirat ia hapuskan dan menghadirkan kesedihan. Bukan menyelesaikan malah akan menambah problema dalam janji itu. Sungguh disayangkan ketika hati manusia yang terasa terikat diputuskan dengan samurai tajam mengatas namakan harga diri. Menjadi ironi kini, ketika kata komitmen yang dulunya sakral kini tinggal kata yang terucap bebas. Kapitalisme yang hanya ada dalam dunia ekonomi kini malah disalah artikan demi kepentingan individu. Dan yang ada hanya kesengsaraan yang harus dirasakan secara sukarela oleh manusianya.

RODA KEHIDUPAN


RODA KEHIDUPAN

Sebaik-baiknya teman, sepeduli-pedulinya sahabat, seperhatian-perhatiannya guru, bahkan sesayang-sayangnya pacar kepada kita ? Gada yang bisa ngalahin baiknya, pedulinya, perhatiannya dan kasih sayangnya orang tua. Kenapa harus ada dewasa ? Aku ingin seperti dulu 10-12 tahun yang lalu. Ketika itu semua ku dapatkan dengan cara yang indah. Kita mereka menginginkan menjadi lelaki yang kuat, mandiri, berpikir dewasa. Tapi aku seperti dulu ibu, aku ingin kau gendong dan kau angkat hingga ku bisa melihat tingginya cinta kasih mu bapak. Aku ingin sekali lagi merasakan ciuman kalian. Ingin sekali rasanya ku tidur digendonganmu, dipangkuanmu, mendengar cerita yang selalu mengantarkan malam ku kedalam malam yang indah.
Mereka masih memberikan segala kebaikannya yang mereka punya, kepedulian mereka masih terus ada, perhatiannya terus terucap dan kasih sayangnya masih kurasakan tanpa berkurang sedikit pun. Tapi perlakuan yang mereka berikan sungguh berbeda, aku ingin kembali seperti dulu. Menangis dipelukanmu karena perlakuan jahat orang lain, menceritakan dengan seru kejadian yang ku alami bahkan ku rindu omelan mu ketika  ku melakukan kesalahan.
Kini ku hanya mampu berdo'a dari kejauhan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menempatkan diri mu dalam kebahagiaan, kenyamanan dan kesahatan yang sungguh luar biasa. Kalian rela membanting tulang untukku diri ini yang seharusnya sudah mampu menafkahi diri sendiri dan kalian. Kalian rela menjadikan malam sebagai siangmu, dan siangmu kau jadikan rutinitas kerja kerasmu. Tak peduli betapa dinginnya malam, teriknya panas, bahkan kerasnya hujan yang menerpa. Kalian tetap berjuang untuk ku. Sungguh ingin sekali memeluk kalian, bermanja dengan semua kekanak-kanakanku.
Bu, Pak kini anakmu sudah dewasa. Kini anakmu sedang mengais masa depannya. Mohon restu dan iringan do'a dari kalian. Semoga segala mimpinya dapat terwujud demi membuat kalian tersenyum meski hanya sedikit. Terimakasih atas segala nilai yang telah dan yang masih engkau berikan. Aku sayang kamu ibu, bapak.

MATAHARI DAN KABUT GELAP

Tulisan cerita pendek ini aku dedikasikan  untuk Alm. Bapak Dian Bin Sairan wafat 19 maret 2013. Kakek ku tercinta.
MATAHARI DAN KABUT GELAP

18 maret 2013.
Malam itu serasa enggan untuk keluar. Angin datang seperti menyentuh tulang sampai kebelakang. Persiapan menjelang ujian nasional sedang giat ku lakukan. Malam itu terjadi seperti biasa. Mengerjakan soal ujian tahun lalu dan mengerjakan referensi soal dari guru demi hasil ujian yang memuaskan nanti. “triing....triiing” handphone ku berdering keras sekali.

“Iya mi (panggilan untuk ibu) ada apa ?” *saut ku kesal
“Bisa kerumah o’ong (panggilan untuk kakek) sekarang gak ?” *jawab ibu
“Ada apasih emangnya ? a’a lagi ngerjain tugas nih, sama ngerjain soal buat UN udah  udah mau deket UN nih mi !” *saut ku dengan nada tinggi
“O’ong mau banget kamu ngajiin, o’ong mau ketemu kamu nih. Gak mau apa liat o’onguntuk terakhir kalinya ?” *tanya ibu
“Ngomong apa sih mi ? iya a’a kesana.” *jawab ku

Ku berjalan berpijak dengan langkah yang berat. Karena memang seperti setiap malam, sikap manjanya yang berlebihan membuat ku jengkel. Bahkan pernah sehari semalam ku menemani beliau karena ingin sekali dia ditemani ku.

‘”tok...tok..tok.. Assalamualaikum” salam ku dari pintu.
“Walaikumsalam. Iya masuk aja !” *jawab ramai
“Tumben banget rame?” *tanya ku
“Sini duduk sini deket o’ong sini !” *ajaknya

Ku mendekat dengan senyum. Tak tega lihat keadaannya. Perut yang membuncit karena livernya membuat ku ingin menangis akan semua penderitaannya.

“Napa ong ? kangen ya sama orang ganteng ?” *ajak ku bercanda
“Iya o’ong kangen, ngaji napa dah a kayanya adem gitu kalo a’a ngaji mah. Yang lain gak enak, itu si Hendra udahan aja biar si firman yang lanjutin !” *pintanya

Tanpa basa-basi lagi ku berdiri dan ambil air wudhu.

“O’ong kasih air minum, ambilin air minum buat si a’a biar nanti air ngajinya o’ong minum !” *pintanya dengan nada parau

Aku pun mulai mengaji dengan membaca Surah Yasin serta Tahlil dan Tahmid semampu ku.

“sodakhAllahhu adzim”
“Selesai a ? sini o’ong minum airnya !” *pintanya lagi
“Iya nih ong man suapin ya ong” *minta ku
“glek...glek...glek”terdengar suara air yang masuk tenggorokan

“Udah ong ? maaf tadi a’a lagi belajar kan minggu depan a’a mau Ujian Nasional. O’ong do’ain a’a ya biar lulus UN nya.” *pinta ku
“amin” *ucapan semua orang yang ada dirumah kakek
O’ong mau apa lagi ? si a’a kan udah dateng tuh. *tanya ibu ku

“Udah o’ong mah gak mau apa-apa lagi. O’ong udah tenang udah kan semuanya udah o’ong kasih tau tadi. Cuma o’ong sedih banget, si a’a yang kecilnya sama o’ong, o’ong cebokin, o’ong gendong-gendong, o’ong mandiin. Eh sekarang dah gede banget, tapi o’ong belum ngerasain duitnya dia, belum tau dia kerja gimana ? terus gajinya berapa ? pengen banget o’ong di kasih duit sama si a’a.” *sambil menangis
“Yaudah makanya o’ong cepet sembuh dah, ntar kan firman lulus terus kuliah nah o’ong man ajak jalan-jalan pake uang gajian a’a !” *ajak ku semangatinya
“Yah o’ong mah buat nungguin kamu kuliah gak sampe kayanya, semoga a’a biar sukses, gak malu-maluin orang tua, dan bisa nyenengin orang tua !” do’anya
“Amin ya Allah Amin, yaudah o’ong doain terus makanya ya !” pinta ibuku

Malam itu kami habiskan dengan canda dan tawa. Hingga tak ku sadari waktu pun larut dan kuputuskan untuk pulang. Kebetulan rumah ku tidak jauh dari rumahnya.

19 maret 2013.
Pagi  itu sangat cerah. Entah apa yang terjadi pikiran ku selalu mengarah untuk menemui kakek ku. Tapi karena sudah kesiangan ku urungkan niat itu. Ku menjalani hari ini seperti biasanya. Canda dan tawa menghiasi suasana hati ku dengan keluarga ku di sekolah yakni XII IPA 2 yang biasa disebut COSINUS. Jam menunjukkan pukul 09.12 WIB. Handphone blackberry ku bergetar kebetulan saat itu jam istirahat dan guru pun sudah keluar. Pesan singkat yang datang ku baca. Kaget setengah mati, tubuh lemas, badan seperti layu dan tak bertulang. Tubuh ini seakan mau pingsan. Saudara sepupu ku memberikan kabar kalau kakek yang begitu menyayangiku telah meninggal dunia. Air mata ini seakan tak mau berlinang, hati ini seakan menjerit. Dengan berusaha tegar tanpa meneteskan air mata ku rapihkan semua barang ku dan bergegas pulang.

“mau kemana man ?” *tanya Erzal
“mau pulang zal, kakek gue meninggal. Gua izin ya zal !” *iya man turut berduka yah man
“iya zal makasih ya” *jawab ku

Ku balas pesan singkat itu dengan meminta untuk dijemput di sekolah. Namun aku harus membuat surat izin dari sekolah untuk pulang. Entah ada angin apa ketika ku sedang mengurusi surat izinnya, petugas sekolah bagian Tata Usaha memanggilku.

“firman sini !” *perintahnya
“iya bu ? ada apa ya bu ?” *tanya ku heran
“kamu mau kemana ?” *tanya dia balik
“mau pulang bu, kakek saya meninggal bu” *jawab ku
“Innalillahi, yaudah turut berduka yah firman. Ini ibu ada sedikit informasi, beasiswa yang 2 bulan lalu kita ajukan sudah dikonfirmasi dan sudah cair juga. Uangnya ibu masukan ke pembayaran SPP dan bangunan kamu yah ?” *jelasnya
“yang bener bu ? alhamdulillah, iya bu saya mah terserah ibu aja” *jawab ku
“tanda tangan disini, dan ini notanya” *perintahnya
“iya bu, sekali lagi terimakasih banyak bu. Alhamdulillah, mari bu saya pulang dulu ya bu” *pamit ku
“yaudah hati-hati ya firman, salam buat orang tua juga” salamnya

Saudara ku pun sampai. Ku minta di antar kerumah ku dulu. Sesampainya di rumah ku mandi, ganti pakaian dan mengambil wudhu. Dengan langkah gontai ku berjalan menuju rumah kediaman Alm kakek ku. Bendera kuning melambai pelan seperti tahu akan isi hati ini. Rumahnya ramai tamu yang melayat, ku salami satu persatu dan mereka memberiku semangat.

“Assalamualaikum” *salam ku
“Walaikumsalam, a o’ong a” *tangis nenek ku
“yaudah mak, udah emang gini kehendak Allah, kita sukuri dan kita urus aja pemakamannya. Emi sama Bapak sudah a’a telpon untuk pulang dan sedang dalam perjalanan” *jawab ku tegar.
“Assalamualaikum Alm Dian Bin Sairan” beri salam ku kapada mayit.

Sebelum ku mengajikannya ku cium pipi dan keningnya. Namun sebelum ku cium ada suatu hal yang membuat ku agak kaget. Alis matanya berkedut dan kerutan pipinya seakan-akan tersenyum. Disitulah air mata ku tak terbendung, ku menangis dan berbisik.

“o’ong Firman sudah memaafkan semua kesalahan o’ong, o’ong yang tenang ya disana, semoga do’a yang kemarin Allah ijabah buat firman” *bisik ku

Kemudian ku mengaji. Dengan nada yang parau,suara yang serak, tetesan air mata terus mengalir dan sambil sesegukan ku tetap mengaji. Banyak ibu-ibu dari tamu yang melayat mencium ku, memberiku support karena mereka tahu jika aku adalah cucu kesayangannya. Karena semasa hidupnya Alm selalu bercerita tentang diriku di depan mereka.

Waktu sudah semakin sore. Tamu yang datang semakin memenuhi halaman rumah. Semua keluarga sudah datang termasuk Bapak dan Ibu ku yang harus pulang kerja lebih cepat. Kami semua para sanak keluarga memandikan jenazahnya. Dan akhirnya sekitar sebelum adzan Ashar berkumandang sudah selesai di makam kan.

Malam harinya kami mengadakan pengajian kecil-kecilan yang dihadiri puluhan jama’ah. Aku lewati malam dengan mencoba menghibur nenek ku yang masih sedih akan kepergian Alm kakek ku. Pukul 23.12 malam aku dan ibu ku pulang kerumah namun tidak dengan Bapak ku yang harus menginap.

20 maret 2013.
Adzan subuh berkumandang namun ku masih lelap dalam peraduan. Tapi ibu ku membangunkan dengan ciumannya dan berbisik.

“selamat hari lahir a’a, semoga jadi anak yang saleh dan sayang sama orang tua” *bisik ibu

Setelah mata ku terbuka ibu ku atau yang biasa ku sapa dengan Emi tidak ada. Ku keluar dari kamar, ku lihat dia sedang merapihkan pakaian sekolah ku. Kepeluknya, ku ciumnya, dan ibu ku juga memberikan cium kasih sayangnya di pipi.

“selamat ulang tahun sayang, semoga UN lulus, jangan nakal lagi, makin sayang sama orang tua, dan semoga sukses serta makin dewasa” *do’a ibu ku sambil menangis
“amin ya Allah, maaf mi firman sampai seusia ini belum bisa ngebahagiain emi sama bapak” *jawab ku sambil terisak tangis

Ku teringat akan perkataan kakek ku.
“mi, jangan pun melihat a’a kerja dan memberikan o’ong uang. Lihat a’a sampai ke usia 18 tahun pun gak bisa mi” *tangis ku lagi.
“yaudah emang udah jalannnya Allah gini a. Entah kebetulan atau gimana o’ong seperti sengaja tuh meninggal deket tanggal lahir kamu supaya cucu yang paling dia sayang ingat terus sama alm” *jawab ibu
“ya Allah mi” *tangis ku makin keras.

Setelah siap untuk sekolah ku niatkan untuk kerumah nenek ku. Sesampainya disana, ku ciumnya, memeluknya dan meminta do’anya. Tak lama dari situ aku pun berangkat sekolah dan menjalani hari-hari seperti biasa. Meski kali ini tanpa sosok Alm Bapak Dian Bin Sairan.


Entah semua ini karena kebetulan atau kehendak Allah SWT. Ku berdo’a semoga o’ong di lapangkan kuburnya, diberikan tempat yang indah dan semua amal ibadahnya Allah SWT terima. Amin. Kisah ini nyata tanpa sebuah rekayasa. Sudah hampir setahun ku lewati itu dan kini ku teringat kisah pilu ini. Kakek, kamu adalah inspirasi.

BAHAHAHA GIA

BAHAHAHA GIA

Kesempatan ini sudah tak terelakkan. Jika menunggu lagi takkan ada waktu. Ini lah saatnya bagiku mengungkapkan seribu satu isi dalam benakku. Kegalauan yang acap kali menghantui. Membuat bulu kuduk ini seakan tak mau duduk rapi.

Hari itu adalah hari yang ku putuskan. Nyatakan ? Atau tidak sama sekali. Mempersiapkan rangkaian kata yang ingin terucap bibir. Memberikan penampilan yang terbaik dan berdo’a ingin itu akan terwujud.

Namun entah kenapa diri ini menjadi kaku. Kata-kata yang sudah tersusun seakan pergi dan berserakan ketika bertatap dengan dirinya. Kembali terurungkan niat ini untuk bisa menyatakan kebohongan itu kepadanya. Namun, duduk persis dibelakangnya membuat ku menggebu. Menuangkan kata-kata awal di secerca kertas, berharap pula ada secerca harapan yang akan tercapai. Menunggu jawaban malah tak kunjung datang. Tidak nampak sebuah respon yang positif dibalik badannya yang indah.

Beranjak dari situ ku temuinya. Dengan mengumpulkan semua mental dan keberanian untuk bertanya langsung ku hampiri ia dengan perlahan. Duh duh, memang hanya ia yang meluluh lantakan jiwa ini dengan segores senyum. Terlempar sebuah pertanyaan dari  suaranya yang lirih, seperti sebuah sirine kebakaran yang harus membuat ku lari pontang-panting. Tapi, dengan mengucap Basmallah akhirnya persiapan yang ku lakukan lebih dari satu bulan ini terwujud.

Terpisah dengan temannya ku dapat kesempatan untuk berdua. Menyisiri jalan Jakarta yang sempit seakan-akan membuat suatu pertanda, bahwa kata-kata yang ku persiapkan dengan luas turut pula menyempit. Bahagia bukan kepalang, setelah lama dekat dengannya baru kali ini ku bisa sedekat ini dengan dirinya.
Mengeluarkan semua isi hati, mengungkapkan semua ucapan yang ada di otak dan mengutarakan semua yang terangkai membuat ku sedikit lega. Moment yang indah ini takkan mungkin bisa terulang lagi. Kesempatan yang sempurna ini harus ku maksimalkan dengan sepenuh hati.

Sayang, memang disayang. Jawaban yang kuterima sungguh mengecewakan hati. Penolakannya membuat ku terdiam. Kata tidak yang terlontar dari bibirnya membuat ku mati kutu. Ku tanyakan mengapa ? Jawaban yang menurutku mustahil terurai dari bibir manisnya.
Selama ini gadis cantik dihadapan ku ini mencoba membuka hati. Kesalahan ku dimasa lalu menjadi alasan untuk kembali melihat seberapa besar inginku untuk menulis sebuah cerita cinta yang baru. Dan tanpa ku duga yang membuat ku hampir lumpuh untuk selamanya. Ia memiliki rasa yang sama dengan ku. Mungkin berlebihan jika ku menyimpulkan itu karena ia tidak mengatakannya secara langsung. Tapi dari setiap rangkaian kata yang ia nyatakan membuatku yakin bahwa rasa itu benar ia miliki untukku.

Meski hari itu ia masih menutup diri untukku. Tapi kebahagiaan tetap hadir dalam jiwa ku. Ku akan tetap perjuangkan dirimu. Ku akan berusaha membuatmu mau menyapa cinta yang kubuat tulus untuknya.


KU JELASKAN PADAMU, KINI AKU BUKAN BERUSAHA UNTUK JADI PACARMU. TAPI KU BERUSAHA UNTUK BISA JADI TERAKHIR BAGIMU.....

Selasa, 11 Februari 2014

CINTA DAN PERSEPSI

CINTA DAN PERSEPSI

Kata cinta menjadi sebuah momok bagi setiap insan. Ketika sebuah kata cinta menjadi perdebatan dan sebuah alasan saling menyakiti. Sebuah kehidupan yang harmonis kan menjadi suram ketika cinta yang diharapkan tidak mengikuti alur jalan kehidupan yang di inginkan. Cinta akan hanya menjadi sebuah tulisan dalam sebuah buku diary yang usang. Sungguh sulit untuk menyatukan sebuah kata cinta dengan kata kebahagiaan.

Cinta memang benar menjadi momok yang menakutkan ketika mulai banyak persepsi yang hadir dan diperdebatkan. Ya cinta sungguh memang sangat sukar dihadirkan dalam sifat ilmiahnya. Karena keberadaan cinta sangat tidak mungkin diketahui dan dibuktikan dengan sebuah logika sama halnya dengan keberadaan Tuhan. Kita berbicara soal keyakinan kawan, bukan penyatuan pemikiran yang tak selamanya akan logis dan masuk akal.

Di Jepang banyak orang yang mengakhiri kehidupannya karena cinta. Disitulah muncul bahwa cinta adalah sebuah aib yang menakutkan ketika sudah mempermalukan. Di India cinta adalah sebuah seni sehingga realita cinta yang ada disana tertuang dalam sebuah maha karya yang luar biasa, dan dikenal cinta itu indah. Di Indonesia, tercatat pada tahun 2009-2011 jumlah anak dibawah umur yang hamil di luar nikah mecapai 69%. 30% dilakukan oleh anak di bawah usia 14 tahun, 28% dilakukan oleh anak usia 15-21 tahun, dan sisanya diatas 21 tahun. Alasan yang muncul adalah, atas dasar suka sama suka atau banyak penulis menyebutnya sebagai sebuah cinta.

Ironi memang ketika cinta dipersepsikan salah dibanyak kalangan dan negara. Pada realitanya cinta itu bukan semata dua insan yang memadu kasih. Cinta itu bukan sebuah alasan untuk mengotori wajahnya dengan kotoran hewan. Cinta itu bukan sebuah seni yang selalu dibuat indah. Dan sesungguhnya cinta bukanlah aib yang harus dihindari oleh manusia yang diciptakan saling mencintai.

Suatu ketika ku pernah mendengar dongeng Siti Nurbaya dari barat Indonesia. Ku tonton film tenggelamnya kapal van der wijk yang menceritakan kisah dari pulau sumatera, yang semua kisahnya menceritakan tentang persepsi cinta itu bisa dibuat dengan sebuah keterpaksaan. Lelucon macam apa menurut ku, tapi ternyata terbukti dan terjadi kepada seorang yang sangat bangga akan kisah cintanya yang akan datang. Pilu kudengar cerita cintanya, seperti memotong sebuah potongan hati dengan pisau yang sangat karat. Dalam cerita Siti Nurbaya dan Tenggelamnya kapal Van der Wijk kisah cinta mereka banyak yang kandas karena pertentangan orang tua yang memaksakan kehendak akan sebuah cinta demi masa depan. Ku pikir itu hanya sebuah dongeng dan film yang masih belum jelas kebenarannya. Tapi itu benar terjadi ketika seorang Rama yang sedang gigih mengikuti sayembara mengejar cintanya Shinta harus kandas ketika sang Raja menikahkan Shinta kepada putera Mahkota Kerajaan tetangga.

Disinilah persepsi harus diluruskan. Ketika kebahagiaan yang di impikan dari sebuah kata cinta dikalahkan dengan sebuah persepsi bahwa cinta hanya sebuah kata yang tidak akan pernah mendatangkan kebahagiaan. Harta memang benar menjadi penghancur kokohnya gembok suatu ikatan yang terjadi karena cinta. Dari sinilah kita belajar untuk memberikan sebuah persepsi baru tentang cinta.


CINTA TIDAK HANYA HARUS DIMENGERTI NAMUN JUGA HARUS DIPAHAMI, BAHWA SEBUAH PERSEPSI CINTA AKAN TUMBANG DENGAN SEBUAH PERSEPSI HARTA...